MAKALAH TEORI KEPERAWATAN CALISTHA ROY
MAKALAH
Teori
Keperawatan Calistha Roy
Disusun
Oleh :
1. Mustafia
Nasri Sugeha
2. Sitti
Nur Aisyah Alwi
3. Sri
Rezeki Bahagia Asnan
4. Merry
Anggraini Yantu
5. Dinda
Lestari Sidampoi
6. Adi
Siswanto Kolopita
STIKES
GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU
PRODI
S1 KEPERAWATAN
TAHUN
2013/2014
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………...2
1.2 Tujuan
Penulisan……………………………………………………3
1.3 Sumber
Teori………………………………………………………..3
BAB II ISI
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian……………………………………………………………5
2.2 Konsep dasar dan model
keperawatan Calistha Roy………………..5
2.3
Model Konseptual Calistha Roy…………………………………….7
2.4
Teori Penegasan……………………………………………………..9
2.5
Teori Calistha Roy…………………………………………………..12
2.6
Kelebihan dan kelemahan Calistha Roy…………………………….21
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………..22
3.2
Saran…………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………24
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat
Allah swt.Yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada kita semua,
sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Teori Keperawatan Calistha Roy”.
Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar I di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Graha
Medika Kotamobagu.
Dalam penulisan makalah ini, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, atas semua bantuan, bimbingan dan kemudahan yang telah
diberikan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Meskipun telah berusaha
dengan segenap kemampuan, namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih belum sempurna sehingga kritik, koreksi dan saran dari semua pihak
untuk menyempurnakan makalah kami senjutnya senantiasa akan kami terima dengan
tangan terbuka.
Dan tidak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada Bapak Ns Hariansyah
Mokodompit S.kep selaku dosen yang telah memberikan serta membimbing kami
untuk tugas makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kelompok kami maupun kepada pembaca umumnya.
Kotamobagu
, 08 oktober 2013
Kelompok
3
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai
individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan
disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan
pernyataan yang berfokus lebih khusus pada suatu kejadian dan fenomena dari
suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan
para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan perawat
untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi
dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan
pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi
Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi
keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model
adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut
Roy, manusia adalah makhluk holistic
yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan
sebagai berikut :
Ø Menjelaskan pengertian dan konsep
dasar model keperawatan Callista Roy.
Ø Mengetahui kelebihan dan kelemahan
konsep dan teori model praktek Sister
Callista Roy.
Callista Roy.
1.3 Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja
adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
o Focal stimuli : Individu segera menghadap
o Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang
menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
Dari focal stimuli.
o Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan
tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang
mana menentukan stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun
negatif. Sesuai dengan teori Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak
positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik, D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model
sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Sejak itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa
terbantu untuk mengklasifikasi, menyaring dan memperluas model. Penggunaan model
praktek juga memegang peranan penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan. Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan spiritnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang
abstak dan dapat di organisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan
konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk
sebuah pola nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses,
peristiwa atau kejadian yang du dasari oleh fakta-fakta yang telah di obserfasi
tapi kurang absolute atau bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau
menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat di
bedakan apakah keperawatan termasuk
disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model
konsep dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti
aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat.
Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan, mengingat dalam model keperawatan mengandung komponen dasar
seperti adanya keyakinan dan nilai yang di dasari sebuah model, adanya tujuan
praktek yang ingin di capai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua
pasien serta adanya pengetahuan dan keterampilan alam hal ini dibutuhkan oleh
perawat dalam mengembangkan tujuannya.
2.2 Konsep Dasar dan Model
Keperawatan Callista Roy
Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan
lebih baik jika mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan
mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan
tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode
empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang
lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu
memiliki rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki
rasa saling berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan
atau untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu,
memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas
agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah
bahwa ada hal yang bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a)
tujuan eksistensi manusia
b)
gabungan dari beberapa tujuan
peradaban manusia
c)
aktifitas dan kreatifitas untuk
kebaikan umum.
d)
nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut
beberapa definisi dari konsep mayor Callista Roy,
a.
sistem adalah kesatuan dari beberapa
komponen atau elemen yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan
yang meliputi adanya input, control, proses, output dan umpan balik.
b.
derajat adaptasi adalah perubahan
tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan residual.
c.
problem adaptasi adalah kejadian
atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d.
stimulus fokal adalah stimulus yang
mengharuskan manusia berespon adaptif.
e.
stimulus konsektual adalah seluruh
stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
stimulus fokal.
f.
stimulus residual adalah seluruh
faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum
dapat di validasi.
g.
regulator adalah subsistem dari
mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural, cemikal dan proses
endokrin.
h.
kognator adalah subsistem dari
mekanisme koping dengan respon melalui proses yang komplek dari persepsi
informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i.
model efektor adaptif adalah
kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan konsep diri.
j.
respon adaptif adalah respon yang
meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk
mempertahankan kehidupan.
k.
fisiologis adalah kebutuhan
fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan.
l.
konsep diri adalah seluruh keyakinan
dan perasaan
m.
penampilan peran adalah penampilan
fungsi peran dalam hubungannya di dalam hubungannya di lingkungan sosial.
n.
interdependensi adalah hubungan
individu dengan orang lain sebagai support sistem.
2.3 Model Konseptual Callista
Roy
Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual,
sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang
keterlibatan individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen
esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
Ø
Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu
dan praktek. Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi,
mengklasifikasikan, dan menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan
pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk
meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih
khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model
tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan
keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya,
peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika
stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi
membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan
individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat
meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
Ø
Manusia
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai
sistem yang adaptif manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan
yang memiliki input, control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus
manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang
adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat
sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan
atau beberapa unit untuk beberapa tujuan.
Ø
Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi
manusia secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model
keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi adalah
komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan
sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi
manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses
yang kedua adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan
inefektif.
Ø
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di
dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai
suatu sistem yang adaptif.
2.4
TEORI PENEGASAN
Dalam
teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu
·
Fungsi atau proses control yang
terdiri dari kognator dan regulator.
·
Efektor, mekanisme ini dibagi
menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan Interpendensi.
Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor
cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan.
a.
Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.
Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis
dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1.
Oksigenasi : Kebutuhan tubuh
terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor
gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.
Nutrisi : Mulai dari proses ingesti
dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).
3.
Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil
dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4.
Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan
keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan
fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.
Proteksi/ perlindungan : Sebagai
dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur integumen ( kulit,
rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi,
trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984
dalam Roy 1991).
6.
The sense / perasaan : Penglihatan,
pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.
Cairan dan elektrolit. :
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam
basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8.
Fungsi syaraf / neurologis :
Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping
mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik
untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson,
1984 dalam Roy, 1991).
9.
Fungsi endokrin : Aksi endokrin
adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)
b. Mode
Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari
konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi,
aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari
dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.
The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan
dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering
terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau
hilang kemampuan seksualitas.
2.
The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya
kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
c.
Mode fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran
primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat
memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d. Mode
Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan
menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk
melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan
antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah
respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau
meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif
itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan
lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem
regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan
lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan
social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem
kognator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan
emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan
membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk
mencari bantuan.
2.5
Teori Calista Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep ini
dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di
bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari
biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme
pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana
individu mempunyai batas kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia
memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan
diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan
baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah
suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai
penerima asuhan keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat
yang dipandang sebagai “Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang
merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena
fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling
ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input,
autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan penjelasan sebagai
berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal,
kontekstual dan stimulus residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung
berhadapan dengan seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang
dialami seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan
dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada
dan relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal
ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada
pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen :
input-proses dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom
adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai
perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
sebagai perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem
kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun
internal. Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan
fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau
proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan
dengan penilaian atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,
diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun
dari luar . Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy
mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang
tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang
yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang
tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk
menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme
koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih)
sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Mekanisme yang
lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik untuk membersihkan
luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme
kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut
merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan
konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau
keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
a.
Manusia sebagai makhluk biologi,
psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
b.
Untuk mencapai suatu homeostatis
atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai dengan perubahan yang
terjadi.
c.
Terdapat tiga tingkatan adaptasi
pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:
o
Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
o
Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik
stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat
dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
o
Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang
ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang
sukar dilakukan observasi.
d.
System adaptasi memiliki empat mode
adaptasi diantaranya:
o
Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas
kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
o
Konsep diri yang mempunyai
pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi social dalam
berhubungan dengan orang lain.
o
Fungsi peran merupakan proses
penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran seseorang dalam mengenal
pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
o
Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang
kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada
tingkat individu maupun kelompok.
e.
Dalam proses penyesuaian diri
individu harus meningkatkan energi agar mampu melaksanakan tujuan untuk
kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses
ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
o
Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
o
Pengembangan konsep diri positif
o
Penampilan peran sosial
o
Pencapaian keseimbangan antara
kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya
masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal
tersebut. Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu
klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu
keperawatan, yaitu :
1. Manusia
(individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan
individu, keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai system
adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap
perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara system dan
lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan
oleh perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus
mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontunyu
beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem
adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, out put dan proses umpan
balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan
cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai sebuah sistem
adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi
dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan
sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami
kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia
dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat
sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan antara unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia
sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan
luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat
ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia
sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping
yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit
yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah
meningkatkan respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi.
Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi
koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang
merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan
ditentukan oleh stimulus fokal,
kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon yang diberikan secara
langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya
tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal
yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif
disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari
seseorang yang ada dan timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit
diukur secara objektif.
3. Konsep
sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari
meninggal sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat
merupakan suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu.
Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu.
Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang
individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya
tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Konsep
lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang
berasal dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat
berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosioanal, kepribadian) dan proses stressor
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh
individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat
dari lingkungan sekitar.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.
a)
Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi
pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu system adaptif berhubungan dengan masing-masing mode
adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena
itu pengkajian pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian
klien terhadap masing-masing mode adaptasi secara sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola
perubahan perilaku klien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif
yang memerlukan dukungan perawat. Jika ditemukan ketidakefektifan respon
(mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini,
perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang
berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon
adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan,
alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi
social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan
fisik.
b)
Perumusan diagnosa keperawatan
Roy
mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :
·
Menggunakan tipologi diagnosa yang
dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4 mode adaptif . dalam
mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”.
·
Menggunakan diagnosa dengan
pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan berpengaruh tehadap
stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka diagnosanya adalah
“nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung berhubungan
dengan cuaca lingkungan yang panas”.
·
Menyimpulkan perilaku dari satu atau
lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan
Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar
pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan
peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial)
untuk bekerja di cuaca yang panas”
c)
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan
tujuan merubah ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas,
supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total
stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d)
Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah
atau memanipulasi fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang
dan kemampuan adaptasi meningkat.
e)
Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan
tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang
ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
2.6 Kelebihan dan Kelemahan
Teori Callista Roy
Roy
mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat mengembangkan
model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para perawat.
Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam
penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan
model konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang
dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap
stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode
interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang dihadapi
oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual, sehingga diagnosis
yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu,
tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk
mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah
terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses
adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan
proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara
merawat ( caring ) pada pasien.
Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi
sterssor bagi para pasiennya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada
keterikatan, timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan
dalam teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi
yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system
dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk
perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian.
Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai
sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik
yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan
dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan
menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi
perubahan ini individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu
beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni
merawat
3.2 Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari
setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu
membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu
sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon
adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan
untuk memanipulasi stimuli fokal,
kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga
stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk
mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping
yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien
agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap
terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana
meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon
adaptifnya akibat adanya perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.
Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan.
Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien
harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam
dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk
diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat
bertahan dengan melaksanakan fungsi perannya secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
·
Dwidiyanti
M. Aplikasi model konseptual Keperawatan, Semarang: Akper Dep.Kes. 1987.
·
Roy
S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement,
California: Appleton & Large. 1991.
·
Ann
Marriner Tomey & Martha Raile Alligood, nursing theorist and their work.
1998: Mosby
·
erathenurse.blogspot.com/…/model-konseptual-keperawatan.htm.
·
nursingtheories.blogspot.com/2008/07/sister-c
·
www.geocities.com/…/vanessa/roy1.htm
·
www.rase.urg.uk/search09/indek.asp
Comments
Post a Comment